Indonesia-Korsel Kembangkan Jet KF-X

0 komentar
Indonesia, Kamis (15/7/2010), sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X, Korea Selatan, yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.

"Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20 persen biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dollar AS itu," kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam sebuah pernyataan.

Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut.

Kesepakatan ini ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Indonesia, Eris Herryanto.

Korsel telah meluncurkan proyek tersebut pada tahun 2000 untuk memproduksi jet tempur buatan dalam negeri.

Setelah lama ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi, Presiden Lee Myung-Bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut.

Korsel berencana menonaktifkan semua jet tempur F-4 dan F-5 pada 2020. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, sekitar 170 jet tempur F-5 beroperasi di Korsel.

Pesawat-pesawat tersebut kali pertama terbang pada 1975 dan telah mengalami sejumlah kecelakaan udara.

"Pengaktifan kembali proyek itu akan dimulai awal tahun depan, dan kami berencana memproduksi jet-jet tempur baru setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.

"Kami memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut," ujarnya, tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan.

Menurut juru bicara tersebut, di samping pengembangan proyek kunci KF-X itu, Korsel juga akan terus membeli jet-jet tempur canggih dari perusahaan asing.

Sumber: Kompas.com(pap)

0 komentar:

Posting Komentar

Quote MT

Yang tidak kita harapkan,
lebih sering terjadi daripada yang kita harapkan.

Kemudian kita kecewa,
karena masih mengharapkan yang tidak kita dapat,
...dengan menelantarkan yang sudah kita dapat.

Maka, kemampuan untuk menerima
yang tidak kita harapkan
dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya
adalah lebih penting daripada kemampuan
untuk mengatasi kekecewaan.

Marilah kita hidup sepenuhnya dalam kenyataan.

Mario Teguh